Tentang Kehidupan, Musik dan Puisi. Blog ini didedikasikan untuk manusia yang senantiasa mencari makna hidup dan kebenaran sejati.
Tuesday, October 23, 2012
BAIM TRIO at Jakarta Blues Festival 13 October 2012
Jakarta Blues Festival merupakan gelaran akbar musik Blues di Indonesia, yang menampilkan band dan musisi blues Indonesia dan Internasional. Tahun 2012 diadakan pada hari Sabtu 13 Oktober 2012 di Tenis Indoor Senayan Jakarta, dengan 4 buah panggung. BAIM Trio yang diawaki oleh Baim TDC, Alex Kuple, dan Rama Moektio, serta additional keyboardist Soni Chaplin mendapat kehormatan tampil di panggung utama Red Stage pukul 8 malam. Memainkan 9 buah nomor: Angels & Demons, Old Love, Everyday, It Hurts Me Too, Bunga di Tepi Jalan, Ough, Gravity, Tight Rope, dan Wait Til Tomorrow.
BAIM Trio at Road To Jakarta Blues Festival 5 October 2012
Sebagai headline penampil pada gelaran Jakarta Blues Festival 13 Oktober 2012, BAIM Trio mendapat kesempatan untuk tampil dalam Road To Jakarta Blues Festival 2012 yang diadakan pada hari Jumat tanggal 5 Oktober 2012 di At America (@america) Pacific Place Jakarta. Acara Road To Jakarta Blues Festival 2012 ini sebagai pemanasan menjelang gelaran akbar Jakarta Blues Festival 13 Oktober 2012. Diisi dengan penampilan dari Ina Blues dan komunitas Blues Kongkow Blues Jakarta, juga workshop Blues oleh Bagas Satyawaki. BAIM Trio yang terdiri dari Baim TDC, Alex Kuple, dan Rama Moektio mendapat jatah perform di penghujung acara. Membawakan 3 buah nomor yaitu Angels & Demons, Tight Rope, dan Gravity.
Wednesday, June 20, 2012
Saturday, April 14, 2012
Thursday, April 12, 2012
Monday, February 27, 2012
Monday, January 30, 2012
Revolusi Industri Musik Indonesia 2012?
Trend terjun bebas pada industri musik Indonesia seperti mewakili ramalan bahwa dunia akan kiamat pada tahun 2012. Pendapatan dari penjualan RBT turun drastis, apalagi penjualan fisik CD/kaset. Entah apakah masyarakat Indonesia yang tadinya sangat fanatik dengan RBT kini menjadi bosan, atau memang daya beli ekonomi jadi menurun.
Tapi penurunan ekonomis pada industri musik Indonesia tidak berpengaruh terhadap “musik” sebagai sebuah kesenian dan ekspresi budaya. Kita lihat beberapa band yang dikategorikan indie atau di luar industri musik besar, berkibar dengan konser-konser mereka yang laris bahkan sampai ke mancanegara. Contoh: GBS (Gugun & The Blues Shelter) yang mengharumkan nama Indonesia hingga ke Amerika dan Eropa dengan tour-tour mereka kesana, Cupumanik yang tampil di Kanada, Discus yang merajai festival musik progresif di Amerika Latin dan Eropa, LLW yang menggelar konser di Singapura, dan baru-baru ini Indro Harjodikoro & The Fingers yang melanglang buana tampil di Rusia, juga masih banyak lagi. Banyak band-band indie yang juga merajai pentas-pentas di sekolahan dan kampus.
Melihat kenyataan itu, sepertinya ada kesenjangan antara industri musik besar (major label) Indonesia dengan musik yang sukses di panggung-panggung. Fokus industri musik kelihatannya hanya di TV dan beberapa radio. Lihat saja band atau musisi yang saya sebutkan di paragraf sebelumnya itu sangat jarang sekali anda tonton di acara musik pagi hari di beberapa TV, padahal mereka sukses mengharumkan nama Indonesia. Kepentingan apa yang ada di balik kesenjangan ini? Saya mencoba berangan-angan seandainya 2 kekuatan ini yaitu kesuksesan panggung (pada band atau musisi di luar industri musik) dan industri musik (dengan kekuatan modal kapitalisnya) disatukan. Maka tidak akan ada lagi musisi karbitan dengan musikalitas dan komposisi seadanya, musik Indonesia akan makin berkualitas. Nanti yang akan anda lihat di TV hanya band atau musisi dengan kualitas musik yang mumpuni karena teruji di panggung-panggung musik secara live. Dengan demikian otomatis pendapatan industri musik juga akan terangkat. Penikmat musik pasti akan rela membeli CD/kaset dari musisi atau band yang bermutu dan mereka gemari. Tahun 2012 waktu yang tepat untuk Revolusi Industri Musik Indonesia.
Subscribe to:
Posts (Atom)