Tentang Kehidupan, Musik dan Puisi. Blog ini didedikasikan untuk manusia yang senantiasa mencari makna hidup dan kebenaran sejati.
Monday, December 19, 2011
Saturday, December 03, 2011
PIO KHARISMA - Your Photographer: Baim Trio on New Friday Jazz Nite - Ancol Part 2
PIO KHARISMA - Your Photographer: Baim Trio on New Friday Jazz Nite - Ancol Part 1
Monday, November 21, 2011
Monday, October 31, 2011
Bersikap yang tepat
Baru-baru ini melihat dan bertemu dengan sebuah band cover version yang kebetulan namanya sedang naik daun. Ya, bukan band rekaman yang punya lagu-lagu dan album sendiri. Namun band ini serasa begitu hebat dan populer (meski hanya untuk kalangan terbatas), dan yang saya sayangkan sifat sombong sebagian besar personilnya. Haha, berapa sih usia mereka dan berapa lama sih pengalaman musik mereka? Seakan dunia hanya milik mereka, tidak perlu bersikap sopan dan hormat bahkan terhadap musisi yang lebih senior dari mereka. Entah tidak tahu karena kurang pergaulan atau pura-pura tidak tahu? Sebenarnya apa sih yang bisa dibanggakan hanya karena populer memainkan lagu-lagu hits milik orang lain? Sehingga harus sedemikian sombongnya tidak perlu mengenal rekan musisi lain yang jelas-jelas sudah lebih senior dan memiliki reputasi lebih hebat? Lagu sendiri saja belum ada apalagi album karya sendiri? Say sebagai musisi merasa kasihan dan sikap mereka sangat disayangkan. Semoga mereka cepat tersadar akan kepopuleran semu ini. Saya hanya menaruh hormat kepada vokalisnya yang sangat santun dan memiliki suara yang hebat. Dialah sejatinya yang membuat band ini populer, bukan anggota band lainnya.
Tampaknya hal seperti ini (sikap sombong) juga banyak saya temui pada band-band rekaman baru yang kebetulan juga namanya sedang naik daun. Seperti tidak sadar bahwa kepopuleran hanyalah sementara dan semu, yang paling penting adalah silaturahmi sesama musisi. Baik itu musisi senior maupun yang muda seharusnyalah saling menghormati dan menghargai. Siapa tahu pada suatu waktu bisa saling bekerjasama?
Ayolah kepada para musisi muda saya ajak untuk bersikap yang tepat dan tidak menyombongkan prestasi semu popularitas. Saatnya membuka diri bergaul sesama musisi. Mari jadikan musik Indonesia semakin berkualitas. (Alex Kuple)
Tuesday, June 28, 2011
BERKALI KALI
Tak terhitung BERKALI KALI kau mendustainya
Dia tak jemu untuk memaafkanmu BERKALI KALI
Sampai BERKALI KALI berapa lagi kau akan lakukan?
BERKALI KALI lagi dia akan tetap menunggumu.
Thursday, June 23, 2011
Rest in peace Bayyin Nur
Sunday, May 29, 2011
HUT ke-4 Komunitas Jazz Chic’s 26 Mei 2011
Sepertinya waktu cepat sekali berlalu, seakan baru kemarin saja gathering pertama Komunitas Jazz Chic’s (KJC) yang digagas oleh beberapa instruktur Chic’s Musik diadakan. Kilas balik ke 4 tahun yang lalu, memang tidak ada niatan muluk selain lebih memperkenalkan jazz kepada masyarakat melalui perhelatan musik jazz di pinggir jalan raya Pemuda Rawamangun setiap Kamis malam minggu keempat. Ternyata selama kurun waktu 4 tahun KJC berhasil juga membidani beberapa group jazz dan memunculkan bakat-bakat baru jazz yang sebelumnya terpendam di tengah hiruk pikuk musik industri yang seragam. Dengan wadah komunitas seperti KJC ini tidak ada batasan tua muda maupun kemampuan musik, KJC membuka pintu untuk setiap musisi yang ingin bermain dan memperdalam permainan musik jazz.
Tidak seperti biasanya, yaitu gathering di parkiran Chic’s Musik Rawamangun, Kamis tanggal 26 Mei 2011 merupakan hari yang spesial untuk merayakan 4 tahun keberadaan KJC karena itu perhelatan anniversary keempat digelar di auditorium Chic’s Musik. Dimulai sekitar pukul 16.30, Puji & Friends langsung menggebrak dengan menyajikan komposisi jazz fusion yang cukup enerjik Freedom Jazz Dance. Puji & Friends terdiri dari 4 instruktur Chic’s Musik, yaitu Puji (gitar), Herman (drums), Bhayu (piano), dan Oktaf (bass). 2 nomor fusion yang hot berhasil memberikan nuansa jazz bagi para penikmat jazz yang mulai berdatangan memenuhi auditorium Chic’s Musik sore itu. Bergantian mereka berimprovisasi dan saling berkomunikasi melalui alat musik masing-masing untuk memberi suguhan jazz fusion yang menawan.
Penampil kedua sore itu adalah DLR (Duo Lani Rangga) yang terdiri dari Lani (vokal) dan Rangga (gitar). Dengan beberapa nomor jazzy yang easy listening DLR meneduhkan auditorium yang sebelumnya panas oleh penampilan Puji & Friends. Mengalir dengan lembut dan berhasil menarik hati para audiens nomor-nomor seperti Englishman in New York, The Nearness of You, Tanpa Akhir (ciptaan DLR sendiri), dan Message in The Bottle. DLR sangat potensial berkembang mengingat usia mereka yang masih muda dan format akustik duo yang simpel namun berisi.
Giliran Elevation 3 (E3) yang tampil ketiga. Sebelumnya E3 telah beberapa kali berpartisipasi pada gathering bulanan KJC, dan melihat perkembangan positif maka pantas jika E3 ditampilkan pada konser spesial HUT ke-4 KJC kali ini. Tampil dengan format berempat, yaitu Renata (piano), Kristo (bass), Tedi (gitar), dan Indra (drums), kali ini E3 membawakan 4 buah nomor instrumental jazz fusion. Yamko Rambe Yamko, Tribute to Mbah Surip, Dora Emon, dan Dolanan Jawa berhasil mereka aransemen dengan unik dan mainkan dengan kompak. Salut buat progress positif dari E3 sejak pertama kali mereka tampil di gathering KJC beberapa tahun lalu.
Setelah break Maghrib, giliran penampil spesial yang ditunggu para penikmat jazz yaitu Beben Jazz & Friends. Beben yang merupakan penggagas awal berdirinya Komunitas Jazz Kemayoran menjadi inspirasi bagi berdirinya KJC 4 tahun lalu. Formasi Beben Jazz & Friends kali ini adalah Beben (gitar & vokal), Nana Lee (vokal & saxophone), Donny (piano), Taufan (bass), dan Nair (drums). Kali ini audiens dibawa kembali ke masa-masa awal perkembangan jazz dengan menikmati beberapa nomor jazz standard yang dimainkan One Note Samba, Summertime, dan Take The A Train. Tidak ketinggalan para penikmat jazz yang hadir juga mendapat informasi dan pengetahuan berharga mengenai latar belakang sejarah terciptanya lagu-lagu jazz tersebut dan sejarah jazz secara umum. Terimakasih banyak untuk Beben Jazz & Friends.
Penampil kelima malam itu adalah Bicara, terdiri dari Andrea Maulana (vokal), Erik Andrianto (gitar), Alex Kuple (bass), Sonny (piano), dan Herman (drums). Suasana jazz klasik masih terasa karena Bicara memainkan nomor pertama So Danco Samba yang berirama latin jazz. Irama latin seperti bossanova dan samba memang mampu membuat audiens bergoyang meski di tempat duduknya masing-masing. Setelah nomor pertama dari Bicara, tiba saatnya seremonial ulang tahun pada umumnya yaitu tiup lilin dan potong kue tart yang dibawa ke atas panggung. Pak Jemmy Suhadi selaku owner Chic’s Musik yang sangat mendukung KJC meniup lilin dan menerima potongan kue pertama dari Erik Andrianto sang ketua KJC. Semua berdoa semoga KJC bisa terus eksis dan makin melahirkan banyak lagi generasi penerus jazz di Indonesia. Setelah selebrasi ulang tahun tersebut, Bicara menutup penampilan mereka malam itu dengan memainkan nomor swing jazz Route 66, menampilkan guest player Yose pada perkusi. Sungguh musik jazz adalah musik yang komunikatif, dengan improvisasi yang seakan liar namun tetap kompak dan berbicara satu sama lain antar player sehingga menyuguhkan permainan yang mampu memainkan emosi penikmat jazz.
Berikutnya yang tampil adalah sebuah trio Action To Reaktion. Trio ini terbilang unik karena terdiri dari Alifa (gitar), Aldi (bass), dan Jevin (beat box). Jevin memanfaatkan vokal dan seperangkat efeknya untuk menghasilkan bebunyian perkusi/drums yang sangat atraktif. Memang sebuah kombinasi yang unik, memadukan beat box yang biasa digunakan pada jenis musik hip hop atau r n b untuk musik jazz. Beberapa nomor jazz standard mereka aransemen lebih enerjik sehingga terlihat atraktif. Sebuah eksperimen positif yang pantas kita acungi jempol, karena musik jazz memang selalu dikenal mengikuti perkembangan musik di jamannya sehingga progress nya tidak terbatas.
Menyusul penampilan Action To Reaktion yang unik adalah Yohanes Gondo & Friends. Quartet yang terdiri dari Gondo (piano), Sinyo (gitar), Fanny (drums), dan Effer (bass) ini berasal dari kota Surabaya dan Semarang menyempatkan diri untuk berpartisipasi pada HUT ke-4 KJC. Mengusung beberapa nomor fusion dan swing yang menghentak, quartet ini tampil enerjik dan kompak dengan bergantian saling berpadu padan berimprovisasi dengan alat musik masing-masing. KJC mengucapkan banyak terimakasih buat Gondo & Friends, yang menandakan bahwa komunitas jazz meski mengusung nama daerah/lokasi tetap saja bersifat universal, dan setiap komunitas biasanya saling mendukung untuk perkembangan jazz pada umumnya.
Kelompok ke-8 yang tampil malam itu adalah Rivercross yang antara lain diperkuat oleh Aris (bass) dan Dika Chasmala (biola). Tampil membawakan nomor klasik Cantalope Island yang diaransemen medium funk, kemudian sebuah lagu milik Eric Clapton I Shot The Sheriff yang dibuat jazzy fusion, serta komposisi mendiang Jaco Pastorius yaitu Chicken. Adanya instrumen biola memang menjadi keunggulan group ini karena saat ini sangat jarang pemain biola yang bermain dalam kelompok jazz seperti dulu Luluk Purwanto bersama group Bhaskara 86 yang legendaris itu. Dika sebagai pemain biola yang masih muda terbilang potensial untuk terus berkembang mewarnai dunia musik baik jazz maupun musik umumnya ke depan.
Setelah Rivercross, naik ke panggung seorang musisi senior yaitu Totong Wicaksono yang dulu sempat mendirikan group fusion Canizaro yang cukup terkenal di era tahun 80an. Kali ini Totong Wicaksono yang memainkan gitar akustik nylon tampil dibantu oleh Alex Kuple (bass), Bhayu (piano), dan Herman (drums). Membawakan 2 buah nomor light jazz fusion milik Earl Klugh yaitu Livin’ Inside Your Love dan Cabo Frio, Totong berhasil memukau para audiens dengan petikan gitar nylon-nya yang khas dan menawan. KJC mengucapkan beribu terimakasih untuk Totong Wicaksono yang menyempatkan diri bermain di HUT ke-4 KJC.
Kemudian penampil ke-10 malam itu adalah Notturno, sebuah kelompok trio yang sudah cukup terkenal di blantika musik jazz saat ini. Kali ini Notturno tampil dengan formasi baru, dengan Masmo (piano) sebagai personil tetapnya dibantu oleh Kevin Yosua (bass) dan Dimas Pradipta (drums). Membawakan 2 buah nomor milik mereka sendiri, Notturno formasi baru ini tampil lebih enerjik dengan perubahan aransemen dan permainan yang lebih atraktif. Penikmat jazz tampak puas menikmati suguhan mereka yang sesekali tiap personil memamerkan kebolehannya berimprovisasi dengan skill yang tinggi.
Meski telah lewat dari pukul 10 malam, acara malam itu seperti tidak ingin disudahi karena gairah jazz masih kuat terasa pada para audiens yang hadir. Krishna Siregar (piano) melanjutkan dengan tampil dibantu oleh Alifa (gitar), Aldi (bass), dan Jevin (drums). Meski bersifat jam session, quartet ini mampu menyajikan suguhan jazz yang menarik dan cukup kompak dengan berturut-turut memainkan 2 buah lagu jazz standard yaitu Mr. PC dan Donna Lee. Manggung dadakan bukanlah hal yang tabu bagi musisi jazz karena jam session adalah hal yang sangat biasa dalam sebuah pertunjukan jazz. Meski baru bertemu di panggung dan berunding soal lagu yang dibawakan saat itu juga tidak menjadikan batasan untuk musisi jazz tampil secara lepas. Berbekal pengenalan lagu-lagu standard jazz dan teknik bermain yang mumpuni para musisi jamming akan mampu menyuguhkan permainan yang menawan seperti dibuktikan oleh Krishna Siregar dkk kali itu.
Giliran penampil ke-12 malam itu adalah Hajar Bleh Big Band. Ya, sebuah big band yang terdiri dari beberapa musisi brass section seperti saxophone (dengan ragam tipenya), trumpet, dan sebagainya, juga pemain piano, bass, drums, perkusi, dan 2 gitaris. Beruntung panggung auditorium Chic’s cukup luas dan mampu menampung mereka semua, hanya seorang vokalis yang terpaksa bernyanyi di bawah panggung. Hajar Bleh Big Band dipimpin oleh Roberto yang juga seorang pianis tapi kali itu hanya bertindak sebagai konduktor. 3 buah nomor jazz klasik diantaranya Georgia on My Mind dan Duke’s Place mampu mereka mainkan dengan lancar dan menarik. Audiens mendapatkan pengalaman dengar baru karena nuansa brass section dalam sebuah big band memang menjadi bumbu penyedap yang manis. Salut buat Roberto dkk dengan Hajar Bleh Big Band-nya, maju terus ya kawan-kawan.
Waktu hampir menunjukkan pukul 11 malam dan acara HUT ke-4 KJC ditutup dengan penampilan terakhir dari trio Threesome yang terdiri dari Chandra (gitar), Reza (bass), dan Yogi (drums). Memainkan jenis musik funk/fusion jazz mereka dengan cerdas mengaransemen lagu Cicak Cicak di Dinding menjadi suguhan yang menarik dan unik. Menutup penampilan dengan sebuah nomor karya mereka sendiri yang funky, Threesome tampil enerjik.
Tercatat ada 13 penampil yang mengisi acara ulang tahun ke-4 Komunitas Jazz Chic’s kali itu, dan KJC mengucapkan banyak terimakasih atas partisipasi para musisi yang tampil, juga para penikmat jazz yang hadir malam itu. Semoga KJC akan terus eksis dan makin berkembang, ke depannya bisa melahirkan generasi baru musisi jazz tanah air. Salam jazz selalu. (Alex Kuple).
Friday, May 06, 2011
Pelajaran Berharga
Apa yang bisa kita lakukan terhadap sebuah kecelakaan? Jika Allah SWT telah menggariskan sesuatu maka terjadilah, tidak ada seorang manusia pun yang bisa mengelak takdir. Rabu 30 Maret 2011 menjadi hari pembelajaran akan misteri itu. Jatuh keempat kalinya dari motor, kedua kali dengan kategori cukup parah. Kali ini memang lebih parah dari sewaktu jatuh terkena pembatas busway beberapa tahun lalu, mulai tangan sampai kaki sebelah kiri serasa lumpuh, kaku karena menghantam aspal dengan kerasnya. Beberapa hari bed-rest terpaksa memanggil ahli urut yang biasa menangani orang habis kecelakaan, pak Ai, dan ternyata ada pergeseran tempurung lutut. Auw ngilu sekali saat diurut, 2 kali pula, sakitnya ruar biasa. Selalu berdoa dan bersyukur, itu sebaik yang bisa manusia lakukan saat tertimpa musibah, semoga Allah SWT meringankan masa penyembuhan ini dan memberi ketabahan melaluinya. Sampai saat ini sudah 1 bulan lebih berlalu, alhamdulillah membaik dan berharap bisa segera pulih total.
Tuesday, March 01, 2011
Langit Menangis
Cepat Tidak Selalu Nikmat
Wew, sudah lama tidak menulis blog. Seakan terlena dengan kecepatan dan kepraktisan social networking baru semacam Facebook dan Twitter. Namun lama kelamaan jenuh juga dengan segala yang bergerak terlalu cepat, update tiap detik sungguh membuat tersiksa. Pikiran, jiwa dan badan jadi cepat lelah. Rindu sekali akan gerak lamban kehidupan seperti dulu, dimana segalanya bisa kita nikmati untuk jangka waktu lama, tidak sesingkat sekarang ini. Memang tidak selamanya kemajuan bisa kita nikmati, tidak selalu kecepatan adalah juara bagi hidup kita. Nikmati saja aliran hidup dengan senyaman-nyamannya tanpa ketergesaan yang menyiksa.