Sunday, January 28, 2007

Daily Life : Jakarta Surga Pemusik

Setelah krisis moneter dan kerusuhan 1998, di Jakarta sepertinya merebak fenomena baru yaitu munculnya pemusik-pemusik jalanan atau pengamen di mana-mana. Sebelumnya biasanya kita berjumpa dengan hanya satu atau dua pemusik jalanan di bis yang kita naiki dalam perjalanan. Sekarang coba kita perhatikan, selama perjalanan dalam bis yang sama bisa bergantian sekitar empat sampai tujuh pemusik jalanan. Bisa dikatakan itu adalah tuntutan hidup. Beberapa terpaksa menjadi pengamen karena di-PHK dari kantornya dulu, ada juga yang memang karena tidak diterima bekerja di mana-mana terpaksa menjadi pengamen, selain itu beberapa pengamen muda mencoba mencari peruntungan dengan menjadi pengamen siapa tahu bakat musik mereka semakin terasah di jalanan. Saya temui juga pelajar atau mahasiswa yang terpaksa mengamen untuk menyambung biaya sekolah atau kuliah mereka.
Dengan mengesampingkan latar belakang pengamen, terkadang mereka asyik juga kita nikmati dengan suguhan musik yang bagus karena mereka berbakat, namun ada juga yang sangat mengganggu ketenangan karena suaranya fals, gitarnya juga fals, atau bahkan menyanyi sekedarnya saja sambil bertepuk tangan dengan tempo dan ritmis yang tidak karuan. Yang menjadi menyebalkan juga adalah apabila beberapa pengamen yang naik atau turun lagunya sama itu-itu saja. Wuih, kepala sepertinya mau pecah! Apa daya kita? Mau marah-marah menyuruh diam dikira kita jagoan atau malah orang gila. Untung sekarang ada teknologi MP3 player atau yang lebih lawas walkman kaset, kencangkan saja volumenya tapi hati-hati jangan terlalu lama, bisa merusak telinga juga.
Tulisan ini bukan bermaksud menyudutkan pemusik jalanan, namun ada baiknya meningkatkan kualitas musik supaya yang mendengarkan juga bisa menikmati. Beberapa pemusik jalanan cukup berkualitas seperti pernah saya temui dua orang dengan biola dan gitar, aduh mak asiknya menikmati musik mereka, atau pemain gitar dan penyanyi yang suaranya bagus. Kalau begitu kan kita tidak akan ragu-ragu untuk menjulurkan seribu bahkan lima ribu perak ke kantung yang mereka sodorkan. Sekian dulu dari saya, selamat menikmati musik jalanan. (Alex Kuple, 29 Januari 2006).

No comments: