Tuesday, February 19, 2008

Puisi : Dalam Hujan

Setiap rintik begitu perih mengusik kesenyapan
Tik tik tik lagu lama yang mengingatkan kedamaian
Terbuai dalam alunan dan ayunan
Ingin kembali ke hari-hari yang penuh kepastian

Rintik yang jatuh di muka menusuk-nusuk hendak masuk
Pedih terasa di jari-jari
Dalam hujan kita hanyutkan lamunan
Detik-detik hilang tersapu rintik
Entah kemana perginya keheningan
Saat rindu pada ketenangan terhapus hujan.

(Alex Kuple, Jakarta 20 Februari 2008)

Sunday, February 03, 2008

Kalau Nggak Banjir Bukan Jakarta Namanya


Banjir sudah bukan fenomena alam yang aneh untuk kota jakarta. Kalau dulu siklus banjir besar adalah 5 tahunan, sekarang tampaknya dipercepat menjadi 1 tahunan. Salut buat gubernur baru sesuai dengan slogan kampanyenya "Serahkan pada yang ahlinya", karena ahli juga mempercepat siklus banjir. (Applause....).
Jumat pagi 1 Februari pertanda a bad day sudah terasa ketika KRL AC langganan tidak beroperasi karena rusak akibat hujan lebat semalamnya. Alhasil pindah moda angkutan dengan bis biasa dengan keadaan jalanan yang macet ruarr biaasaaa. Sampai dekat kantor di kawasan industri pulogadung jalan tergenang setinggi lutut sampai sang tukang ojek menyerah nggak mau lanjut, jadi... ya balik lagi ke rumah. Dalam perjalanan pulang banjir sudah mulai meluap dimana-mana. Sore jam 15.30 terpaksa harus pergi lagi ke daerah Kelapa Gading karena ada job manggung bersama Baim. Dari rumah ke arah jalan Sudirman jalan sangatlah lancar tanpa macet dan banjir. Yang repot dari Sudirman ke arah Kelapa Gading tidak ada angkutan umum yang beroperasi lagi. Terpaksa berpindah-pindah angkutan dengan rute agak memutar. Ke arah Senen sekitar pukul 16.00 terjebak banjir setinggi pinggang orang dewasa. Dari Senen lanjut ke arah Cempaka Putih, terpaksa turun sebelum ITC Cempaka Mas karena air sudah menggenang dimana-mana di daerah Cempaka Putih. ITC Cempaka Mas sekitar pukul 17.00 dikepung banjir di sekitarnya, dari setinggi lutut sampai sedada orang dewasa. Kawasan itu sudah seperti taman wisata karena orang-orang pada terjebak dan turun dari kendaraan masing-masing pasrah melihat keadaan. Tukang-tukang makanan tersebar menjajakan dagangannya. Dari perempatan Coca Cola itu mau menyeberang ke arah Kelapa Gading tapi akhirnya mengurungkan niat karena di kejauhan terlihat orang-orang menyeberang air sudah setinggi dada. Alhamdulillah selepas magrib Bodonk dan Kikoy (crew Baim) menjemput dengan motor melewati jalan bypass ke arah mal artha gading. Meski banjir namun motor masih bisa menerobos kepungan air. Dilanjutkan berjalan menerjang banjir di perkampungan pinggir jalan bypass, sampai juga di daerah kelapa gading, kemudian naik motor sampai Balai Sudirman. Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 padahal jadwal Baim tampil pukul 20.30 WIB. Ternyata Baim, Acha (Drummer) dan Eko (Asisten Baim) terhambat banjir sehingga harus naik ojek motor juga menerjang banjir sepinggang sembari menggendong gitar dan bass supaya sampai di daerah Kelapa Gading. Acara Ulang Tahun Yayasan Don Bosco pun mengalami banyak perubahan, Baim jadi penampil terakhir sekitar pukul 21.30. Acara berlangsung tetap meriah meski tamu yang hadir kurang dari separo. Sungguh show yang penuh perjuangan. Jakarta oh Jakarta, kapan bebas banjir? Dalam mimpi kali ya, meski dengan Gubernur yang lebih ahli dari sang ahli.